Adat bumbun menyelero
Adat padang kepanasan
Seloko adat Melayu Jambi tersebut bermakna bahwa pekerjaan banyak dan rumit menghendaki biaya besar. Leksem bumbun diartikan sejenis tumbuhan rendah yang rimbun daunnya, yang banyak ini tentu banyak juga seleranya. Maksudnya daun tua yang sewaktu-waktu akan gugur memenuhi tempat tumbuhnya. Sementara tanah lapang yang berumput yang tidak ditumbuhi pepohonan menerima kewajaran menerima panas matahari yang memanggang di bandingkan dengan tempat-tempat lain yang pepohonan. Kedua macam wujud alam inilah yang kemudian dipakai sebagai kiasan bagi orang-orang tertentu yang karena kayanya memilki banyak usaha dan banyak yang diperlukan dan diselesaikan. Tentu saja untuk menyelesaikan pekerjaan yang banyak diperlukan tenaga pekerja yang banyak pula. Sudah jelas bahwa mengerahkan orang banyak membutuhkan biaya yang besar. Pada zaman dahulu, masyarakat Jambi menyatakan orang kaya diukur dari luasnya huma atau ladang yang dimilikinya. Misalnya menuai padi dengan memanggil banyak orang dan membutuhkan makanan yang banyak pula. Masyarakat daerah Jambi memiliki rasa kebersamaan dalam tatanan kehidupan rakyat Jambi. Jelas sekali bahwa ungkapan tradisional ini berisi suatu petuah yang mengajarkan agar setiap orang kaya selalu menyenangkan orang lain secara iklas dan manusiawi.
Adat padang kepanasan
Seloko adat Melayu Jambi tersebut bermakna bahwa pekerjaan banyak dan rumit menghendaki biaya besar. Leksem bumbun diartikan sejenis tumbuhan rendah yang rimbun daunnya, yang banyak ini tentu banyak juga seleranya. Maksudnya daun tua yang sewaktu-waktu akan gugur memenuhi tempat tumbuhnya. Sementara tanah lapang yang berumput yang tidak ditumbuhi pepohonan menerima kewajaran menerima panas matahari yang memanggang di bandingkan dengan tempat-tempat lain yang pepohonan. Kedua macam wujud alam inilah yang kemudian dipakai sebagai kiasan bagi orang-orang tertentu yang karena kayanya memilki banyak usaha dan banyak yang diperlukan dan diselesaikan. Tentu saja untuk menyelesaikan pekerjaan yang banyak diperlukan tenaga pekerja yang banyak pula. Sudah jelas bahwa mengerahkan orang banyak membutuhkan biaya yang besar. Pada zaman dahulu, masyarakat Jambi menyatakan orang kaya diukur dari luasnya huma atau ladang yang dimilikinya. Misalnya menuai padi dengan memanggil banyak orang dan membutuhkan makanan yang banyak pula. Masyarakat daerah Jambi memiliki rasa kebersamaan dalam tatanan kehidupan rakyat Jambi. Jelas sekali bahwa ungkapan tradisional ini berisi suatu petuah yang mengajarkan agar setiap orang kaya selalu menyenangkan orang lain secara iklas dan manusiawi.
0 komentar:
Posting Komentar