Muhammad Ali

Posted by Dedo Balabo On Rabu, 04 April 2012 0 komentar

Muhammad Ali (lahir sebagai Cassius Marcellus Clay, Jr. pada 17 Januari, 1942) adalah pensiunan petinju Amerika Serikat. Pada tahun 1999, Ali dianugerahi "Sportsman of the Century" oleh Sports Illustrated.Ali tiga kali menjadi Juara Dunia Tinju kelas Berat.
Ali lahir di Louisville, Kentucky, Amerika Serikat. Namanya mengikuti nama ayahnya, Cassius Marcellus Clay, Sr. Ali kemudian mengubah namanya setelah bergabung dengan Nation of Islam dan akhirnya memeluk Islam Sunni pada tahun 1975.

Sebelum masuk Islam, dia menjuluki dirinya dengan “Yang Terbesar” karena dia adalah petinju terbaik pada masanya. Bahkan para pengamat olah raga mengakuinya sebagai petinju terbaik abad ini. Sejarah tinju belum pernah mengenal petinju secepat dia. Dia berlaga dengan gesit di atas ring dan memukul KO lawannya, lalu berseru dengan bangga, “Akulah yang terbesar”.

Akan tetapi setelah masuk Islam, dia membuang julukan ini, karena tidak suka membanggakan diri dan menjadi seorang yang sederhana dengan jiwa yang Islami.

Dialah petinju dunia Casius Mercelus Clay yang setelah itu dikenal dengan Muhammad Ali Clay.

Dia bercerita tentang perjalanannya masuk Islam.

Aku dilahirkan di Kentucky, Amerika Serikat. Daerah yang dikenal dengan ayam goreng khas yang memakai namanya, yang juga terkenal dengan perbedaan etnis yang kental.

Sejak kecil aku sudah merasakan perbedaan perlakuan ini karena aku berkulit coklat. Barangkali hal inilah yang mendorongku untuk belajar tinju agar bisa membalas perlakuan jahat teman-temanku yang berkulit putih. Dan karena aku mempunyai bakat serta otot yang kuat sehingga memudahkan jalanku.

Ketika belum genap berusia 20 tahun, aku sudah memenangkan pertandingan kelas berat di Olimpiade Roma tahun 1960.

Hanya beberapa tahun kemudian aku berhasil merebut juara dunia kelas berat dari Sony Le Stone dalam pertarungan paling pendek, karena hanya beberapa menit aku berhasil menjadi juara dunia. Dan di antara tepuk riuh para pendukung dan kilatan-kilatan alat kamera, aku berdiri didepan jutaan penonton yang mengelilingi ring dan kamera TV Islam, mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengganti namaku menjadi Muhammad Ali Clay. Untuk memulai sebuah peperangan baru melawan kebatilan yang menghalangiku mengumumkan ke-Islaman-ku semudah ini.

Kepindahanku ke agama Islam adalah hal yang wajar dan selaras dengan fitrah-fitrah yang Allah ciptakan untuk manusia. Kembaliku ke fitrah kebenaran membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk berfikir, ini dimulai tahun 1960, ketika seorang teman muslim menemaniku pergi ke masjid untuk mendengarkan pengajian tentang Islam. Ketika mendengarkan ceramah, aku merasakan panggilan kebenaran memancar dari dalam jiwaku, menyeruku untuk menggapainya, yaitu kebenaran hakikat Allah, agama dan makhluk.

Perjalanan keimananku berlangsung bertahun-bertahun dalam bentuk perbandingan antara Islam dan Masehi, sebutah perjalanan yang berat, karena orang-orang disekitarku menghalangiku, kondisi masyarakatku rusak, kebenaran dan kebatilan bercampur aduk, ditambah lagi dengan doktrin gereja yang menggambarkan keadaan orang-orang muslim yang lemah dan terbelakang yang diakibatkan oleh ajaran Islam itu sendiri. Tapi Allah memberiku petunjuk, dan menerangi jalan pilihanku sehingga aku dapat membedakan antara realita umat Islam sekarang dengan hakekat Islam yang abadi. Aku meyakini bahwa Islam membawa kebahagiaan untuk semua orang. Tidak membeda-bedakan warna kulit, etnis dan ras, semuanya sama dihadapan Allah azza wa jalla. Yang paling utama di sisi Tuhan mereka adalah yang paling bertakwa. Aku meyakini sedang berada didepan sebuah kebenaran yang tak mungkin berasal dari manusia.

Aku membandingkan ajaran Trinitas dengan ajaran Tauhid dalam Islam. Aku merasa bahwa Islam lebih rasional. Karena tidak mungkin tiga Tuhan mengatur satu alam dengan rapih seperti ini. “Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang”. (QS. 36 : 40). Ini suatu hal yang mustahil terjadi dan taka akan memuaskan orang yang berakal dan mau berfikir.

Aku merasakan betapa orang-orang Islam menghormati Isa A.S. dan ibunya. Menempatkan mereka pada kedudukan yang sama. Ini hanya ada dalam Islam atau ajaran Nasrani yang masih murni, adapun yang diucapkan para pendeta dan pastur adalah kebohongan belaka.

Aku membaca terjemahan Al-Qur’an dan akupun bertambah yakin bahwa Islam adalah agama yang hak yang tidak mungkin dibuat oleh manusia. Aku mencoba bergabung dengan komunitas muslim dan aku mendapati mereka dengan perangai yang baik, toleransi dan saling membimbing. Hal ini tidak aku dapatkan selama bergaul dengan orang-orang Nasrani yang hanya melihat warna kulitku dan bukan kepribadianku.

Inilah kisah masuk Islamnya juara tinju dunia Muhammad Ali Clay yang mengumumkan ke-Islaman-nya terang-terangan pada saat kemenangannya, seolah-olah dia ingin memberikan pukulan keras kepada para taghut seperti yang dialami oleh lawannya Sony Le Stone.

Masuk Islam-nya bukanlah akhir dari segalanya tapi baru permulaan, karena hari itu adalah hari kelahirannya yang sebenarnya. Dia memulai hidup barunya dari sini, dia tinggalkan seluruh masa lalunya yang bertentangan dengan Islam dan memfokuskan perhatiannya hanya kepada Allah. Surat yang pertama kali dia hafal adalah Al-Fatihah yang ia memulai perjalanan kedamaian dan keimanan.

Muhammad Ali berziarah ke Mekkah tahun 1973, berkali-kali dia kesana dan juga ke Madinah Al-Munawwarh. Dia memohon ampunan kepada Allah atas dosa-dosa yang telah dilakukannya sebelum masuk Islam, dan memohon kepada-Nya agar memberinya husnul khatimah.

Sekarang dia adalah seorang pemimpin keluarga muslim. Dia memberi nama puteri-puterinya dengan nama-nama yang Islami adalah : Muhammad, Maryam, Rasyidah, Khalilah, Jamilah, Hana dan Laila. Mereka mempelajari Islam dan senantiasa pergi ke masjid untuk untuk menjalin hubungan yang abadi dengan Tuhan mereka dan anak-anak muslim lainnya.

Kini dia termasuk orang-orang yang giat berdakwah di Amerika dan memberikan dana. Meskipun demikian dia masih merasa belum memberikan yang terbaik untuk Islam. Dibenaknya ada harapan dan keinginan untuk memberikan lebih banya untuk pengabdian kepada agama Allah dan menegakkan kalimah-Nya.
READ MORE

Pesawat RI 005, Bukti Perjuangan Rakyat Jambi

Posted by Dedo Balabo On 0 komentar
Replika pesawat RI 005 di Museum Perjuangan Rakyat Jambi Jl. Sultan Agung No. 12 Jambi merupakan pesawat yang menjadi saksi bisu perjuangan rakyat Jambi mempertahankan dan melindungi Negara Kesatuan Republik Indonesia di tahun 1948. RI 005 merupakan sejenis pesawat Catalina, yaitu pesawat amfibi dengan 2 mesin baling-baling buatan Pratt & Whitney yang mampu membawa ranjau laut, aneka bom, terpedo, dan senapan mesin kaliber 50 mm. Pesawat ini pertama kali diluncurkan pada bulan Maret 1935 dan terus diproduksi hingga tahun 1940-an oleh Perusahaan Consolidated Aircraft & American Aircraft Manufactures.

Pesawat Catalina RI 005 awalnya milik seorang mantan penerbang RAAF (Royal Australian Air Force) bernama R.R. Cobley yang disewa oleh Dewan Pertahanan Daerah Jambi untuk kepentingan perjuangan. Atas prakarsa TNI Sub Territorium Djambi (STD) disewa pesawat Catalina milik Cobley yang beregister Australia YHROP dan langsung digantinya menjadi register Indonesia RI 005. Catalina RI 005 yang sarat dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia mengemban tugas menghubungi Komando Sub Territorium Djambi dengan Komandemen Sumatera di Bukittinggi, pemindahan perwira-perwira tinggi dan menengah dari Yogyakarta, dan mengirim barang-barang dari Komandan Resimen Sub Territorium Djambi (STD) untuk kebutuhan militer Pemerintah Republik Indonesia di Yogyakarta. Selain membawa senjata, makanan, pakaian, dan perlengkapan militer serta sipil, pesawat ini sebagai jembatan penghubung antara Kota Jambi dan kota-kota lainnya, seperti Bukittinggi, Prapat, Banda Aceh, Tanjung Karang, Yogyakarta, dan Singapura.

Saat Kota Jambi diduduki Belanda pada 29 Desember 1948 pesawat Catalina ini belum dapat difungsikan karena mengalami kerusakan mesin dan masih berada di Sungai Batanghari. Upaya untuk memperbaiki pesawat dilakukan Cobley bersama mekanik Jon Londa dan seorang penumpang bernama Prangko dengan mencari suku cadang pesawat di Singapura. Dalam upaya memperbaiki pesawat ini, RI 005 mengalami kecelakaan, jatuh menabrak tongkang yang ditenggelamkan melintangi sungai sebagai upaya mencegah masuknya tentara Belanda ke pedalaman Jambi. Dalam kecelakaan tersebut pilot R.R Cobley dan mekanik Opsir Muda Udara John Londa tewas ikut tenggelam ke dasar Sungai Batanghari  pada 28 Desember 1948.
Dalam upaya mengenang peran RI 005 dalam mempertahankan kemerdekaan dilakukan pencarian reruntuhan pesawat Catalina tersebut dari dasar Sungai Batanghari. Hasil temuan berupa sebagian patahan pesawat, seperti sayap, sebagian mesin, dan lain-lain di kedalaman lumpur Sungai Batanghari dijadikan monumen tonggak sejarah perjuangan rakyat Jambi.
READ MORE