Apakah ada piramida di gunung sadahurip ?

Posted by Dedo Balabo On Jumat, 17 Februari 2012 0 komentar
Kontroversi mengenai adanya bangunan berbentuk piramida di perut Gunung Sadahurip atau Gunung Putri di Garut, Jawa Barat, akan diuji kebenarannya. Setelah melakukan beberapa cara untuk menyelidiki hal tersebut dengan menggunakan teknologi georadar, geolistrik, foto kontur dan foto IFSAR, Kini Tim Katastropik Purba dalam waktu dekat akan melakukan pengeboran.

“Kemungkinan pada Maret nanti sebagai eskavasi awal, akan kami selidiki batuan di dalamnya,” kata Iwan Samule, salah satu anggota tim, Senin (30/1/2012).

Pengeboran akan dilakukan sebagai bagian dari proses eskavasi untuk menemukan fakta empirik apa saja yang ada dalam perut gunung tersebut. Sebelumnya sudah sempat melakukan pengeboran, namun kali ini akan kembali akan dilakukan ke lapisan yang lebih dalam. Jika memang benar terdapat piramida di Gunung Sadahurip, Tim menduga piraida tersebut lebih besar dan lebih tua dari Piramida Giza di Mesir, yang telah tersohor tersebut.

Fenomena unik dan misteri piramida, menjadikan Gunung Sadahurip di Garut sebagai bahan perbincangan banyak orang. Lambat laun orang berdatangan dan Sadahurip pun bisa menjelma menjadi tujuan wisata baru.

"Oh iya, automatically! Kita minta bantuan ke Pemda sana untuk mengembangkan wisata di sana," kata Staf Khusus Kepresidenan Bidang Bencana Alam, Andi Arief.

Dia mengatakannya di sela-sela diskusi bertajuk 'Menguak tabir peradaban dan bencana katastropik purba di Nusantara untuk memperkuat karakter dan ketahanan nasional' di Gedung Krida Bakti, Jl Veteran, Jakarta, Selasa (7/2/2012).

Wisata ke gunung ini adalah salah satu bagian dari geotourism, tren baru yang tengah berkembang. Pakar geologi Sujatmiko juga sepakat, Sadahurip kini memiliki potensi wisata luar biasa.

Touring sepeda dan aktivitas pencinta alam, kini mampir juga ke Gunung Sadahurip. "Ada potensi luar biasa di Sadahurip. Anak-anak dan pelajar pergi ke puncak sana. Sedikit ada mitos lalu ramai-ramai ke sana," kata Sujatmiko

Pria yang menjadi Sekjen Kelompok Riset Cekungan Bandung dan anggota IAGI ini mengatakan sejumlah tur sepeda kini membidik Sadahurip sebagai tujuan mereka. "Ikatan Alumni ITB juga pernah lakukan gowes di sana, dan alhamdulillah saya bisa ikut," kata dia.

Meskipun piramida di Gunung Sadahurip masih menjadi perdebatan, setidaknya kini terbuka sebuah alternatif baru wisata alam. Gunung Sadahurip bisa menjadi tujuan baru untuk mereka yang senang pergi ke gunung.
READ MORE

Makna Lambang Kabupaten Bungo

Posted by Dedo Balabo On Jumat, 03 Februari 2012 1 komentar



Lambang bagi suatu daerah memiliki arti yang teramat dalam. Dari suatu lambang dapat diketahui karakteristik suatu daerah dan juga kehidupan masyarakatnya. Begitu bermaknanya arti sebuah lambang, maka untuk membuatnyapun tidak segampang membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan orang-orang yang pandai untuk membuat suatu lambang dan arti dari lambang yang dibuat tersebut.
Sampai saat ini, mungkin masih sedikit masyarakat Bungo yang mengetahui arti dari setiap gambar dan garis yang ada pada lambang Kabupaten Bungo.
Jumlah Kelopak Bunga Jambu Lipo sebanyak 8 helai
Melambangkan Kabupaten Bungo terdiri dari 8 buah eks marga yaitu Bathin II Ilir, Bathin II Babeko, Bathin VII, Pelepat, Bathin III Ulu, Bathin V/VII Tanah Tumbuh, Tanah Sepenggal dan Jujuhan. Kemudian Bathin II Ilir dan Bathin II Babeko menjadi Kecamatan Muara Bungo, Bathin II Ulu dan Bathin VII menjadi Kecamatan Rantau Pandan, Marga Pelepat menjadi Kecamatan Pelepat, Bathin V/VII menjadi Kecamatan Tanah Tumbuh, Marga Tanah Sepenggal menjadi Kecamatan Tanah Sepenggal dan Marga Jujuhan menjadi Kecamatan Jujuhan.
Ketayo Pelito dan Keris dengan latar belakang gung
Ketayo Pelito merupakan alat penerangan/lampu, karya khas masyarakat Bungo secara simbolis mengandung arti sebagai pelita yang tak kunjung padam adalah simbol masyarakat daerah ini yang tak kenal menyerah.
Keris dengan lima lekukan ujung lancip yang berdiri tegak lurus dibelakang ketayo
Adalah lambang perjuangan menentang penjajahan dan kemelaratan, dimana hal ini merupakan semangat juang terus hidup sepanjang zaman berdasarkan dan dipimpin oleh hikmah.
Serta melambangkan lima induk UU sebagai dasar hukum (adat), dasar kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Kubah Mesjid
Melambangkan keagamaan dan ketaqwaan serta kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa, dimana masyarakat Kabupaten Bungo sangat meyakini dalam semua aspirasi dan etika masyarakat tidak akan tercapai tanpa ridho Tuhan YME, karena kepada-Nya lah manusia berserah diri.
Sembilan Belas Biji Padi dan Sepuluh Kuntum Bungo Dani saling impit rangkai diikat sebuah pita
Melambangkan kemakmuran dan kebahagiaan masyarakat. Sedangkan jumlah biji sebanyak 19 buah sebagai lambang 19 dan 10 kuntum Bungo Dani sebagai lambang bulan 10, dimana tanggal dan bulan ini Daerah Tingkat II Kabupaten Bungo Tebo diresmikan yang tetap dipertahankan simbol Kabupaten Bungo sebagai kabupaten induk.
Pita bertulis Motto Kabupaten Bungo dalam bahasa daerah bertulis Langkah Serentak Limbai Seayun yang bermaksud :
-Sebagai pernyataan bahwa anak negeri mempunyai sifat, watak dan pendirian. Satu kata lahir dengan batin, sekato mulut dengan hati, satu kato dengan pembicaraan.
-Anak negeri seiyo sekato bersama-sama pemimpin dalam membangun daerah, mengutamakan musyawarah dan mufakat, memelihara persatuan dan kesatuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
-Masyarakat Kabupaten Bungo yang berdiam didalam negeri berpagar

Undang, rumah berpagar adat, tepian berpagar baso, haruslah tudung menudung bak daun sirih, jahit menjahit bak daun petai, hati gajah sama dilapah, hati tungau sama dicecah, adat sama diisi, lembago sama-sama dituang, perintah sama dipatuhi, bak saluko adat Berat samo dipikul ringan samo dijinjing, kebukit samo mendaki kelurah samo menurun, ado samo dimakan idak samo dicari, seciap bak ayam sedencing bak besi, kok malang samo merugi bak balado samo mendapat serta terendam samo basah terampai samo kering.
Anak Negeri seukur, satu kata batin dengan penghulu (pimpinan) selarik sejajar, cerdik sehukum, malam seagama, tuo-tuo searah seayun, anak-anak negeri seiyo sekato barulah bumi aman padi menjadi, rumput mudo kerbaunyo gemuk, baumo mendapat padi, menambang mendapat emeh (emas), buah-buahan segalo menjadi, baru basuo bak kato seluko adat keayik cemetik keno, kedarat durian gugur, lemang terbujur diatas dapur, anak negeri aman makmur.
Garis tebal berliku-liku sebanyak empat buah melambangkan adanya empat sungai besar dalam daerah Kabupaten Bungo yaitu Sungai Batang Tebo, Sungai Batang Bungo, Sungai Batang Pelepat dan Sungai Batang Jujuhan, dimana sungai sungai tersebut sangat potensial sebagai sumber kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Dua garis tebal vertikal dan dua buah garis horizontal yang membagi enam buah ruang yang hampir sama ukurannya.
Melambangkan bahwa Kabupaten Bungo adalah sebanyak enam kecamatan yaitu Muara Bungo, Tanah Tumbuh, Pelepat, Tanah Sepenggal, Rantau Pandan dan Jujuhan.
Rantai yang terletak pada posisi antara dua garis tebal melambangkan Kabupaten Bungo sebagai kabupaten induk berdiri tahun 1965. Sebagai simbol persatuan dan disiplin, sedangkan mata rantai yang berjumlah 65 buah melambangkan tahun 65 (1965) sebagai tahun berdirinya Kabupaten Bungo.
WARNA LAMBANG
-Merah, lambang keberanian yang terletak pada tulisan Langkah Serentak Limbai Seayun dan Kabupaten Bungo serta pada api.
-Hijau, lambang kesuburan terletak pada dasar lambang (hijau muda) dan kubah mesjid.
-Kuning, lambang kebesaran terletak pada padi, gung dan latar belakang kubah mesjid.
-Hitam, lambang kesetiaan terletak pada dua garis tebal pinggir dan garis pembagi lambang.
-Putih, lambang kesucian terletak pada pita, kelopak Jambu Lipo dan pada Bungo Dani.

PENGERTIAN LAMBANG
-Keagamaan, disimbolkan dengan melambangkan Kubah Mesjid.
-Perjuangan, disimbolkan dengan Keris dan Pelito.
-Perikehidupan rakyat, disimbolkan dengan Padi dan Garis Sungai.
-Kebudayaan, disimbolkan dengan Ketayo dan Gung

READ MORE